Rabu, 25 April 2012
Karena adanya perubahan zaman yang terus tanpa henti sangat
memungkinkan akan mengalami perubahan dalam kehidupan nyata, sudah
dipastikan akan mengalami hal-hal yang baru dimana akan termasuk
didalamnya hal-hal yang mungkin tidak diinginkan. Jika hal yang tidak
diinginkan tersebut terjadi, apa jadinya? Tentu sangatlah berat, karena
solusinya belum tentu akan didapatkan dengan mudah. Intinya,
sederhanalah dalam hidup dengan memperhatikan kemungkinan hal-hal yang
akan terjadi di sisa waktu yang masih dihadapi.
Hal
tersebut saya tekankan karena sebagian dari waktu yang telah dilalui
dipergunakan untuk mencoba menerapkannya, namun suatu perubahan
kondisilah yang memaksa saya tidak dapat meningkatkan dengan lebih baik
lagi. Terus terang saya salut dan kagum atas uraian masalah
kesederhanaan hidup yang disampaikan fatihsyuhud, saya sangat yakin
sekali bahwa ia memiliki jiwa yang tidak jauh berbeda dengan uraian yang
dikupasnya, hidup sederhana sebagai pilihan (mohon maaf tanpa ijin sebelumnya, sebagian tulisannya saya kutip disini).
Menurutnya,
“kalau kita beruntung secara materi, pilihlah hidup sederhana dan
bangga dengan kesederhanaan itu. Kalau kita kurang beruntung, mari
sama-sama bekerja keras untuk menuju hidup yang lebih baik secara materi
dan pola pikir (mindset).”
Ia menceritakan seorang Dubes Wilfred
Hoffman yang hidup sederhana. Hidup sederhana bukan karena tidak punya
uang untuk hidup mewah. Tapi karena ia memang “sengaja memilih untuk
hidup sederhana”. Jadi hidup sederhana sebagai pilihan yang
membanggakan, bukan sebagai keterpaksaan. Dimana, mereka bangga dengan
kesederhanaan itu, karena mereka merasa hidupnya menjadi lebih bermakna
dan bermanfaat: kelebihan uang mereka disalurkan untuk yayasan-yayasan
anak yatim, mengambil anak asuh, untuk orang-orang miskin, dan
lain-lain.
Salah satu contohnya yang paling monumental yang
mungkin kita telah ketahui juga yaitu Albert Nobel. Inventor (penemu)
dan pemilik lebih dari 300 hak paten berbagai penemuan teknologi baru.
Dia milyarder yang hidup sederhana dan memiliki komitmen tinggi terhadap
keilmuan dan kemanusiaan. Ketika meninggal, tak sepeserpun hartanya dia
wariskan ke anaknya. Sebaliknya, ia tumpahkan seluruh harta kekayaannya
untuk Nobel Foundation, pemberi hadiah Nobel untuk para ilmuwan dunia
yang berhasil meraih prestasi gemilang di bidang masing-masing. Albert
Nobel sudah meninggal puluhan tahun lalu, tapi namanya selalu dikenang
di seluruh dunia sampai sekarang. Kuncinya, karena ia memilih hidup
sederhana, kendati ia lebih dari mampu untuk membeli kemewahan apapun
yang menjadi impian banyak orang.
Jadi, pada intinya berusahalah
sekeras mungkin untuk menjadi kaya (dengan cara yang halal tentunya),
tapi tetap menjaga dan memelihara gaya hidup sederhana, bermartabat dan
peduli pada yg membutuhkan bantuan kita. Lantas, bertanyalah pada hati
kecil kita, sudahkah menjalani kesederhanaan hidup? Mudah-mudahan kita
bisa melakukannya, amin.http://kipsaint.com/isi/memaknai-kesederhanaan-hidup.html
0 Responses to Memaknai Kesederhanaan Hidup:
Posting Komentar